Daily Archives: January 12, 2013

Ngangkang Dan Budaya Ora Ilok

Dalam budaya masyarakat tertentu memang ada semacam aturan kepatutan  tidak tertulis bahwa wanita tidak elok jika ngangkang ketika duduk, atau melakukan hal-hal lainnya yang sebenarnya bisa dilakukan dengan posisi ‘tidak ngangkang’. Artinya sebenarnya ada pengecualian jika berkaitan dengan keleluasaan dalam bergerak, khususnya untuk aktivitas-aktivitas yang memang membutuhkan keleluasaan itu.

Tradisi budaya yang bersangkut paut dengan etika bagaimana perempuan berperilaku itu hidup di masyarakat selamat ratusan tahun. Di tradisi jawa misalnya, ada semacam etika kesopanan yang tidak tertulis, bahwa wanita tidak boleh tertawa terbahak-bahak dan bersuara keras. Tradisi ini diajarkan turun temurun. Begitu banyaknya aturan yang bersangkut paut dengan etika bagi perempuan, maka di tradisi budaya jawa sebutan wanita dimaknai sebagai ‘wanito: wani ditoto’, atau perempuan yang bersedia diatur.

Dalam perpektif budaya jawa, tujuan etika bagi perempuan itu untuk  ‘menegakkan’ kehormatan bagi wanita. Ada berbagai tradisi budaya dan etika di nusantara ini yang ditujukan bagi kaum perempuan. Karena itu jika perempuan tidak berperilaku sesuai dengan etika budaya tersebut, dipandang masyarakat sebagai perilaku ‘ora ilok’ atau tidak elok. Meskipun sebenarnya budaya Jawa juga mengatur perilaku laki-laki. Continue reading

Peziarahan Iman

I.
Piscine Molitor  atau Pi berusaha mencari jati diri dan pewujudan Tuhan sejak masih belia. Pi belajar mendalami banyak agama dan selalu bertanya tentang keberadaan Tuhan. Namun Pi tidak juga memutuskan untuk menganut suatu agama. Ia meminta diri dibaptis, selalu berdoa sebelum makan, namun sekaligus juga melakukan sholat lima waktu. Ia terus melakukan pencarian akan kewujudan Tuhan itu dengan bertanya dan mencoba.

Peziarahan imannya menuntunnya kepada sebuah pengembaraan di laut selama 227 hari bersama seekor harimau Bengal yang bernama Richard Parker, ketika perahu yang ditumpanginya bersama keluarga tenggelam diterjang badai laut. Hanya tersisa dirinya dan Parker.

Perjuangannya bertahan di laut bersama Parker merefleksikan pengembaraan imannya. Ia tidak menyalahkan Tuhan atas musibah itu, tetapi bertahan hidup tanpa putus asa, membangun komunikasi dengan Parker untuk saling menghargai dalam kesulitan hidup itu. Ia terus membangun harapan (iman) dan berjuang untuk bertahan meski  kemungkinannya sangat kecil.

Pengembaraan iman dan petulangan hidup seorang anak India tersebut terefleksi dalam film “Life of Pi”, yang diangkat dari novel yang menjadi best seller karya Yann Martel. Pi menemukan jejak-jejak kehadiran Tuhan dalam pengembaraan hidupnya yang sedemikian sulit itu. Continue reading