Category Archives: Refleksi

Peziarahan Iman

I.
Piscine Molitor  atau Pi berusaha mencari jati diri dan pewujudan Tuhan sejak masih belia. Pi belajar mendalami banyak agama dan selalu bertanya tentang keberadaan Tuhan. Namun Pi tidak juga memutuskan untuk menganut suatu agama. Ia meminta diri dibaptis, selalu berdoa sebelum makan, namun sekaligus juga melakukan sholat lima waktu. Ia terus melakukan pencarian akan kewujudan Tuhan itu dengan bertanya dan mencoba.

Peziarahan imannya menuntunnya kepada sebuah pengembaraan di laut selama 227 hari bersama seekor harimau Bengal yang bernama Richard Parker, ketika perahu yang ditumpanginya bersama keluarga tenggelam diterjang badai laut. Hanya tersisa dirinya dan Parker.

Perjuangannya bertahan di laut bersama Parker merefleksikan pengembaraan imannya. Ia tidak menyalahkan Tuhan atas musibah itu, tetapi bertahan hidup tanpa putus asa, membangun komunikasi dengan Parker untuk saling menghargai dalam kesulitan hidup itu. Ia terus membangun harapan (iman) dan berjuang untuk bertahan meski  kemungkinannya sangat kecil.

Pengembaraan iman dan petulangan hidup seorang anak India tersebut terefleksi dalam film “Life of Pi”, yang diangkat dari novel yang menjadi best seller karya Yann Martel. Pi menemukan jejak-jejak kehadiran Tuhan dalam pengembaraan hidupnya yang sedemikian sulit itu. Continue reading

Melayani Dalam Bisnis

“Pekerjaan apa saja yang diberikan kepadamu, hendaklah kalian mengerjakannya dengan sepenuh hati, seolah-olah Tuhanlah yang kalian layani, dan bukan hanya manusia” (Kolose 3:23 BIS).

Kebanyakan orang Kristen sering memandang dunia bisnis sebagai dunia yang “kotor”, sama seperti pandangan terhadap dunia politik. Secara tegas, pandangan ini membagi  kehidupan orang Kristen kedalam wilayah sakral dan wilayah sekuler. Konsekuensi dan implikasi dari pandangan ini sangat luas. Bukan saja karena ruang lingkup dan gerak orang Kristen yang semakin dipersempit, tetapi juga mengaburkan dan mendangkalkan makna dunia bisnis seolah-olah sebagai sebuah aktivitas yang tidak bermakna dan tidak berkorelasi dengan panggilan kita sebagai orang Kristen. Continue reading

Menahan Diri

Kemampuan mengelola emosi adalah kualitas kritikal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Semakin tinggi level seorang pemimpin, semakin tinggi tuntutan akan kemampuan mengelola emosi tersebut. Hal ini terkait dengan dampak yang akan ditimbulkannya. Apa jadinya jika seorang pemimpin tidak mampu menahan diri, tidak mampu menganalisa sebuah masalah secara tenang, dan hanya berespon dengan emosi? Hanya kekacauan yang terjadi.

Pelajaran itu yang saya petik, ketika beberapa saat lalu saya terpaksa berurusan dengan salah seorang petinggi militer terkait dengan peristiwa kecelakaan lalu lintas antara mobil saya dengan mobil yang dikendarainya.
Continue reading

Integritas Seorang Ani

Ani, panggilan akrab Sri Mulyani, menjadi pusat perhatian masyarakat dalam beberapa bulan terakhir ini. Sejak kasus Century dibahas dalam pansus DPR, Ani tersandera secara politis oleh parlemen yang menganggap Ani sebagai pejabat yang bertanggungjawab atas kebijakan talangan bank Centrury. Oleh parlemen kebijakan tersebut dianggap sebagai kebijakan yang bermasalah. Dan karenanya Ani harus menjalani proses pertangungjawaban secara politis dan hukum.

Publik mengenal Ani sebagai seorang professional yang diakui integritasnya, tegas dalam bersikap, dan seorang reformator birokrasi di depkeu. Integritas pribadinya membuat gentar orang-orang yang tidak suka kepentingannya diusik. Dan karenanya ada upaya untuk menyingkirkannya.

 Walaupun Ani belakangan mendapatkan dukungan dari publik, namun kekuatan dukungan tersebut belum mampu menopang “ketersingkiran”nya dari jabatannya. Cepat atau lambat, Ani akan tersingkir.

Continue reading

Awas Lho!

“Awas lho”, teriak anak laki-laki saya kepada saya. Saya tertegun ,mendengar teriakannya itu. Hari libur  kemarin saya memiliki agenda untuk memimpin sebuah acara diskusi alumni. Dan karena itu adalah acara satu hari penuh, maka walaupun hari libur, saya tidak berencana mengajak anak-anak untuk ikut acara tersebut. Tentu akan sangat repot sekali dan membosankan buat anak-anak jika ikut acara diskusi tersebut.

Continue reading

Selamat Jalan Gus Dur, Guru Bangsaku

Selamat Jalan Gus Dur

Bangsa ini akan selalu mengenangmu selalu.

Sang tokoh yang menghargai kemajemukan dengan pikiran, karya, dan tindakannya

Sang Demokrat sejati yang pernah dimiliki bangsa ini.

Yang setia kepada prinsip dan cita-cita kemanusiaan yang luhur

Semoga teladanmu menginspirasi bangsa ini dari jaman ke jaman

Pertumbuhan Diri

Life is not advancement. It is growth. It does not move upward, but expands outward, in all directions.”  (Russell G. Alexander , Father, Human Being, Recovering Philosopher, 1954)

Kalimat diatas sangat menarik jika kita berbicara tentang pertumbuhan diri (Personal Growth), karena pertumbuhan diri pada hakekatnya adalah pengembangan kualitas hidup dalam semua aspek yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Pertumbuhan di salah satu aspek hidup mempengaruhi pertumbuhan di aspek hidup yang lain. Karena itu pertumbuhan diri haruslah dipahami dan dihayati sebagai sebuah kehidupan yang terintegrasi, dan bukan bukan terpisah-pisah.

Secara natur manusia harus bertumbuh dan berkembang. Kapabilitas dan kapasitasnya harus terus-menerus diasah untuk agar mampu memberdayakan kehidupannya dan alam sekitarnya menjadi lebih berkualitas. Mengapa kita perlu bertumbuh dan berkembang? Prinsip apa yang melandasinya?

Pertama, bahwa pertumbuhan diri itu adalah sebuah proses transformasi hidup. Perubahan atau transformasi ini terjadi melalui pembaharuan akal budi dan pikiran manusia. Tujuannya agar manusia memiliki kapabilitas untuk membedakan hal yang benar dan tidak benar, baik dan tidak baik. Transformasi akal budi dan pikiran tersebut dimaksud untuk mendorong perubahan kualitas hidup manusia.

Kedua, bahwa kita harus mengembangkan apa yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Berapapun yang dipercayakan Tuhan kepada kita, haruslah kita kembangkan secara optimal sebagai bentuk pertanggungjawaban  kepda Tuhan. Bukan masalah barapa banyak talenta yang kita miliki, tetapi apakah kita mengasah, melatih, dan mengembangkannya dengan baik seluruh talenta yang dipercayakan kepada kita.

Ketiga, prinsip pertumbuhan selalu dikaitkan dengan kualitas. Bertumbuh berarti menghasilkan kualitas yang baik, dan sebaliknya. Karena itu prinsip “bekerja dan mengusahakan yang terbaik” adalah esensi dari prinsip pertumbuhan ini.

Keempat, prinsip pertumbuhan diri haruslah didasarkan pada: kasih kepada Allah dan kepada manusia. Esensi dari prinsip ini adalah bahwa pertumbuhan diri tidak boleh bersifat egoistis. Tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri,  tetapi supaya bisa melayani orang lain secara optimal dalam berbagai bidang kehidupan kita.

Keempat prinsip inilah landasan kita dalam perencanaan pertumbuhan diri kita. Proses bertumbuh adalah proses sepanjang kehidupan kita. Pribadi yang bertumbuh dan berkualitas adalah pribadi yang dibentuk melalui proses panjang dalam kehidupan. Diperlukan mentalitas pembelajaran diri (self learning) dalam proses ini.

Pembelajaran Diri

Pembelajaran diri dapat di gambarkan melalui 3 unsur dalam segi tiga pertumbuhan berikut.

 Gambar 1. Tiga Unsur Pembelajaran Diri

Triangle

Unsur pertama adalah tujuan atau visi hidup. Ini sangat fundamental jika  kita berbicara tentang pembelajaran diri.  Tanpa visi atau tujuan hidup tidak mungkin ada upaya pembelajaran, karena tidak ada hal yang dituju dan dikejar dalam kehidupan. Kita perlu memiliki visi dan tujuan kehidupan, karena itulah yang akan memandu perjalanan kehidupan kita.

Unsur kedua adalah peluang, tantangan dan perubahan yang ada di sekitar kita. Kita selalu berhadapan dengan perubahan-perubahan di sekitar kita. Perubahan itu bisa menjadi peluang dan tantangan bagi kita untuk belajar, bertumbuh, dan berkembang. Bagaimana sikap kita dalam berespon terhadap tantangan dan peluang tersebut sangat menentukan pengembangan diri kita.

Unsur ketiga adalah sumber daya yang dimiliki. Setiap orang punya resources dasar yang dimilikinya: bakat, talenta, kecerdasan, kompetensi dan lain-lain. Ada yang dipercayakan banyak, ada yang sedikit. Tetapi faktor sumberdaya ini bukanlah faktor dominan yang menjadi penentu dalam proses pertumbuhan kita.  Ada pengikat ketiga unsur tersebut dalam proses pembelajaran diri, yaitu pola pikir (mind set)

Mind set adalah pola pikir yang terkait dengan kepercayaan dasar yang kita miliki. Ia akan mempengaruhi  sikap, perilaku, dan tindakan kita.  Segala sesuatu dimulai dari proses kita berpikir.

Gambar berikut menjelaskan tentang yang mempengaruhi mind set kita, dan apa yang bisa dipengaruhinya.

Gambar 2. Apa Yang Mempengaruhi Mind Set

MIND SET - APA SAJA YANG MEMPENGARUHINYA

Gambar 3. Apa yang Dipengaruhi Mind Set

MInd set - apa yang mempengaruhinya

 Bagaimana membentuk mindset?

Mind set perlu dibentuk melalui berbagai aktivitas yang mendukungnya. Pola pikir kita harus diberikan “nutrisi” yang tepat agar sehat, jernih, dan optimal. Aktivitas apa yang positif dalam membentuk mind set kita?

Pertama, kita perlu belajar dari buku sumber hikmat dan kehidupan, yaitu kitab-kitab yang menjadi sumber kepercayaan kita sebagai orang beriman. Tidak saja untuk memahami dan mempelajarinya, namun sampai kepada tindakan menghayati dan melakukannya. Firman Tuhan dalam kitab-kitab tersebut kaya akan kebenaran yang bisa memandu kita dalam berpikir, berperilaku, dan bertindak

Kedua, membaca buku-buku yang baik dan berkualitas akan berguna untuk: membentuk cara pandang kita dalam melihat berbagai persoalan; mempeluas wawasan berpikir kita; dan merubah cara berpikir kita.

Ketiga, melatih pikiran kita melalui proses berdiskusi dengan berbagai orang atau komunitas di sekitar kita agar terbentuk mind set yang positif dan kritis. Pikiran yang terlatih akan membentuk mind set yang baik.

Keempat, belajar kepada orang-orang yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih dibandingkan kita. Proses belajar ini bisa melalui berbagai cara : mendengarkan ceramah, membaca tulisan-tulisan mereka, berinteraksi secara positif dengan mereka, dan sebagainya. Jangan pernah malu untuk bertanya hal yang kita tidak tahu.

Jika kita melakukan tindakan-tindakan sederhana ini, maka kita sedang melatih mind set kita dengan benar.

Bagaimana merencanakan pertumbuhan diri?

Pertumbuhan diri adalah sebuah proses yang seharusnya bisa direncanakan. Peningkatan kualitas dan kapabilitas kehidupan kita bisa jadi adalah hasil dari sebuah proses yang terjadi secara tidak terencana maupun terencana. Namun merencanakan pertumbuhan diri akan memiliki dampak yang lebih terukur dan berkesinambungan. Bagaimana caranya?

1. Memulai dengan identifikasi: Peluang-peluang apa saja yang dapat kita gunakan untuk  berkembang   hari ini? Untuk diri kita? Profesi kita? Untuk orang orang di sekitar  kita? Kelemahan-kelemahan apakah yang perlu kita tingkatkan (berkaitan dengan profesi, karakter, kompetensi, ketrampilan dan sebagainya)?

 2.   Menyusun sebuah rencana. Kapan, dimana, dan bagaimana saya akan memulai rencana kita? Rencana ini perlu dibuat secara terukur dan bisa dievaluasi dan diidentifikasi kemajuannya.

 3.  Jika menemui rintangan dan kemunduran, maka pikirkan dan renungkan apa yang menjadi kendala, kesulitan, dan masalahnya. Jika kita sudah menemukannya, maka susun lagi rencana tindakan: Kapan, dimana, dan bagaimana kita akan melaksanakan rencana kita?

 4.  Jika berhasil, pikirkan untuk mempertahankannya Apa yang harus kita lakukan untuk mempertahankan dan melanjutkan perkembangan dan keberhasilan kita? Setiap upaya peningkatan kapabilitas kita, perlu dipertahankan agar terus menghasilkan keluaran dan dampak positif dalam kehidupan kita.

 5.  Proses perencanaan ini harus selalu dilakukan evaluasi dengan meminta umpan balik dari orang lain.

Penutup

Pertumbuhan adalah sebuah proses hidup untuk mentransformasi kehidupan, baik secara revolusioner maupun evolusioner. Kemampuan kita untuk meresponi setiap tantangan dan peluang dalam kehidupan kita  sangat tergantung dari pola pikir yang kita miliki. Karena itu membangun pola pikir yang baik, kritis, dan positif adalah hal utama yang harus kita lakukan. Mari mentransformasi diri!

Menyikapi Krisis Global

 Pendahuluan

 “When written in Chinese, the word “crisis” is composed of two characters-one represents danger, and the other represents opportunity” (John Fitzgerald Kennedy, American 35th US President)

Krisis keuangan global yang sekarang kita hadapi ini dipicu oleh krisis financial sub prime mortgage di Amerika Serikat yang mengakibatkan runtuhnya berbagai perusahaan besar, seperti: Lehman, General Motor, Citicorp, Merryl Linch dan Bank of America

Krisis ini berkembang menjadi krisis global yang dampaknya terjadi tidak hanya di Amerika, tetapi juga di seluruh dunia. Dunia kita terhubung satu dengan lainnya, seperti mata rantai. Peristiwa di satu tempat akan berpengaruh kepada peristiwa  di tempat lain. Dan ada kalanya dampaknya jauh lebih bersar dibanding dengan tempat ketika krisis itu mulai terjadi.

Krisis keuangan 1998 yang dipicu dari jatuhnya mata uang di Thailand, berimbas kepada Indonesia. Dan negara kita menghadapi dampak terparah dari krisis tersebut. Bukan hanya di sektor ekonomi, tetapi juga kehidupan social, politik, dan hukum. Kerusuhan SARA, jatuhnya Suharto, pengangguran masif, ambruknya perbankan, pelanggaran HAM, dan sebagainya..

Krisis global yang  sekarang dihadapi oleh dunia, sudah terasa dampaknya.  Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan jumlah pengangguran di seluruh dunia akan bertambah 20 juta orang sepanjang tahun 2009 ini.. Di Indonesia, angka pengangguran diperkirakan meningkat menjadi 8.87 %.

Continue reading